Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2024, Bank Indonesia (BI) telah merumuskan serangkaian strategi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan tantangan eksternal seperti fluktuasi harga komoditas, ketegangan geopolitik, serta tekanan inflasi global, stabilitas rupiah menjadi prioritas utama dalam menjaga daya beli masyarakat dan mendukung perekonomian nasional.
1. Kebijakan Moneter yang Terukur
Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga inflasi dalam kisaran targetnya dengan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang terukur. Penyesuaian suku bunga acuan menjadi salah satu instrumen utama dalam kebijakan ini. Dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga, BI berupaya menyesuaikan kondisi moneter dalam negeri agar selaras dengan perubahan ekonomi global. Di tahun 2024, BI diproyeksikan akan mempertahankan suku bunga pada level yang mampu menekan inflasi sambil tetap mendorong investasi dan konsumsi domestik.
2. Intervensi di Pasar Valuta Asing
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) melalui mekanisme intervensi ganda (dual intervention). Ini berarti BI akan membeli atau menjual valuta asing sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran rupiah di pasar. Intervensi ini penting terutama saat rupiah menghadapi tekanan akibat sentimen global, misalnya karena kenaikan suku bunga oleh bank sentral utama atau ketidakpastian geopolitik.
3. Memperkuat Kerja Sama dengan Bank Sentral Lain
Kerja sama dengan bank sentral negara lain, seperti swap agreement atau bilateral swap arrangement, merupakan strategi yang juga diperkuat BI. Kerja sama ini memungkinkan BI memiliki cadangan devisa yang cukup untuk mengantisipasi guncangan eksternal. Di tahun 2024, BI berencana melanjutkan dan memperluas kesepakatan swap dengan beberapa negara mitra seperti China dan Jepang, sehingga memastikan ketersediaan likuiditas yang cukup dalam situasi darurat.
4. Penguatan Cadangan Devisa
Cadangan devisa yang kuat merupakan faktor penting dalam stabilitas nilai tukar. BI terus berupaya meningkatkan cadangan devisa melalui surplus perdagangan, investasi asing langsung, dan dukungan sektor pariwisata. Peningkatan cadangan devisa ini akan memberikan fleksibilitas kepada BI dalam menghadapi tekanan eksternal yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Dengan cadangan devisa yang cukup, BI dapat mempertahankan stabilitas rupiah tanpa harus mengorbankan stabilitas perekonomian domestik.
5. Kebijakan Makroprudensial yang Responsif
Selain kebijakan moneter, BI juga menerapkan kebijakan makroprudensial yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan situasi. Kebijakan ini mencakup pengaturan likuiditas perbankan, pengendalian pinjaman valuta asing, serta aturan pembiayaan properti. Melalui kebijakan ini, BI berupaya menjaga stabilitas sektor keuangan, yang berperan besar dalam menjaga kepercayaan terhadap nilai tukar rupiah.
6. Mendorong Transaksi dalam Negeri dengan Rupiah
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap valuta asing, BI aktif mengkampanyekan penggunaan rupiah dalam transaksi di dalam negeri, baik untuk perdagangan antarwilayah maupun untuk transaksi perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. Penggunaan rupiah di dalam negeri dapat mengurangi permintaan terhadap dolar AS, yang pada gilirannya membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
7. Penguatan Komunikasi dan Transparansi Kebijakan
Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, transparansi dan komunikasi menjadi kunci. BI berupaya meningkatkan transparansi kebijakan melalui publikasi berkala serta komunikasi yang intensif dengan masyarakat dan pelaku pasar. Hal ini bertujuan agar pelaku pasar memiliki kejelasan mengenai arah kebijakan moneter dan langkah-langkah yang akan diambil BI, sehingga bisa membantu mengurangi volatilitas pasar dan menjaga stabilitas rupiah.